ASUHAN
NEONATUS, BAYI DAN BALITA
BAYI BERMASALAH
DENGAN LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok : I
Ketua : Oloan Srinita Solin
Anggota : - Astry Y.M. Siregar
-
Chirstina Siregar
-
Helmia Lubis
-
Melfarida Purba
-
Sariahma Sinaga
-
Rika Siburian
T.A 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI DAN ANAK BALITA”.
Penulis menyadari saat ini, bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kepada para pembaca demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata penulis mendoakan semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmatNya pada kita semua dan semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................................. ii
Bab I
Pendahuluan ................................................................................................. 1
Latar Belakang.............................................................................................. 1
Bab II Isi .................................................................................................................. 2
Definisi ......................................................................................................... 2
Etiologi ......................................................................................................... 2
Patofisiologi .................................................................................................. 3
Klasifikasi ..................................................................................................... 3
Tanda dan Gejala
.......................................................................................... 3
Komplikasi .................................................................................................... 4
Penatalakanaan ............................................................................................. 5
Bab III Kesimpulan dan Saran .............................................................................. 6
Kesimpulan ................................................................................................... 6
Saran ............................................................................................................. 6
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelainan bawaan (kelainan
kongenintal) adalah suatu kelainan pada ketidaksempurnaan pada penyambungan
bibir bagian atas yang biasanya berlokasi tepat dibawah hidung.
Labioskizis dan labiopalatoskizis
adalah anomali perkembangan pada 1 dari 1.000 kelahiran. Kelainan bawaan ini
berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada ibu hamil trimester I.
jika tidak diobati akan terjadin kesulitan dalam berbicara pada anak.
BAB II
LABIOSKIZIS DAN LABIOPALATOSKIZIS
A.
Defenisi
Labioskizis dan labiopalatoskizis adalah anomali
perkembangan pada 1 dari 1.000 kelahiran. Kelahiran bawaan ini berkaitan dengan
riwayat keluarga, infeksi virus pad ibu hamil trimester I.
Celah bibir dan celah langit – langit adalah suatu
kelainan bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit – langit lunak
dan lengit – langit keras mulut. Celah bibir (labioskizis) adalah suatu ketidak
sempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi terpat
dibawah hidung.
Celah langit – langit mulut dan menuju ke saluran
udara di hidung.
B.
Etiologi
Celah bibir dan celah langit – langit
(labiopalatoskizis) bisa terjadi secara bersaan maupun sendiri – sendiri.
Kelainan ini juga bisa terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya.
Penyebab munbkin adalah mutasi genetik atai
teratogen (zat yang dapat menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau
bahan kimia). Selain tidak sedap dipandang, kelainan ini juga menyebabkan anak
mengalami kesulitan ketika makan, gangguan perkembangan berbicara dan infeksi
terlinga.
Faktor resiko untuk kelainan ini adalah riwayat
celah bibir atau celah langit – langit pada keluarga serta adanya kelainan
bawaan lainnya. Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah :
1. Kelainan – kelainan yang dapat menimbulkan hipoksra
2. Obat – obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu
metosis) misalnya sototatika dan radiasi
3. Obat – obatan yang mempengaruhi metabolisme,
misalnya defisiensi vitamin B6, asam folat dan vitamin C.
4. Faktor – faktor keturunan
C.
Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegaglan fusi atau
penyatuan frominem maksiattis dengan frominem medial yang diikuti distursi
kedua bibir rahang dan platum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi
sekitar minggu ke enam pascakonsepsi. Sementera itu, palatoskizis terjadi
akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum durum dan palatum
molle terjadi pada kehamilan minggu ke 7 sampai minggu ke 12.
D.
Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat berpariasi, bisa mengenai salah satu bagian atau
semua bagian dari dasar cuping hidung, bibit, alveolus dan palatum durum, serta
palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur – struktur yang terkena menjadi
beberapa bagian erikut:
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung,
alveolus, dan palatum durum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum
molle posterior terhadap foramen
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau
keduanya, palatum primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral
atau bilateral
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam
kasus ini mukosanya utuh dengan belahan nengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
E.
Tanda dan
Gejala
Gejala dari labiopalatoskizis, antaralain berupa :
pemisahan bibir, pemisahan bibir langit – langit, distro hidung, infceksi
telinga berulang, berat badan tidak bertambah, serta regurgitasi nasala ketika
menyusu (air susu keluar dari lubang hidung)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik
daerah wajah. Labioskizis dapat terjadi dalam beberapa derajat malforasi, mulai
dari takik ringan pada tepi bibir dikanan/kiri garis tengah, hingga sumbing
lengkap menjalar sampai ke hidung. Terdapat variasi lanjutan yang melibatkan
sumbing palatum.
Labipalatoskizis merupakan deformitas yang dibedakan
menjadi 4 tingkatan/ derajat yaitu derajat 1 (sumbing palatum mole) derajat
2(sumbing palatum durum dan mole), derajat 3 (derajat unilateral total) dan
derajat 4 (sumbing bilateral total). Bayi yang mengalami labiopalatoskizis
sering mengalami gangguan makan dan bicara. Regurgitasi makanan dapat menimbulkan
masalah pernafasan, iritasi paru dan infeksi pernafasan kronis. Pembedahan umum
sebelum anak mulai berbicara, pembedahan ulang pada usia 15 bulan.
Sumbing bibir (labioskizis) tidak banyak gangguan
dan bayi masih bisa minum dengan dot. Sumbing palatum (palatoskizis) sering
menumbulkan bayi sukar minum, bahaya tersedak yang dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi, infeksi pernafasan dan gangguan pertumbuhan.
F.
Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi pada kelainan ini
adalah :
1. Diperkirakan sekitar10% penderita palatoskizis akan
menderita masalah berbicara, misalnya suara sengau.
2. Karena palatoskizis dapat mengganggu pertumbuhan
anatomi nasafaring dan sering mengakibatkan pula terjadinya otitis media,
cosge, serta gangguan pendengaran, maka kerjasama dengan pihak THT sangat
diperlukan.
G.
Penatalaksanaan
a.
Pemberian ASI
secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai retleks mengeluarkan
air susu dengan baik mungin dapat dicoba dengan sedikit menekan payudara.
b.
Bila anak sukar
mengisap, sebaiknya gunakan botol peras (squeeze bottles) untuk mengatasi
gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka susu
dapat didorong hatuh di belakang mulut hingga dapat di isap. Jika anak tidak
mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
c.
Tindakan bedah,
dengan kerjasama yang baik antara akhli bedah, ortodontis, dokter anak, dokter
THT, serta ahli wicara.
d.
Penutupan
labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan, sedangkan patoskizis biasanya
ditutup pada umur 9 – 12 bulan menjelang anak belajar bicara.
e.
Tahapan tindakan
orthodonfic diperlukan pula untuk perbaikan gusi dan gigi
f.
Pendekatan
kepada orangtua sangat penting agar mereka mengetahui masalah tindakan yang
diperlukan untuk perawatan anaknya.
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Labioskizis
adalah suatu ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas yang
biasanya berlokasi tepat dibawah hidung
2.
Celah langit –
langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yang melewati langit –
langit mulut dan menuju ke saluran udara di hidung
3.
Gejala dari labioskizis
dan labiopalatoskizis adalah pemeriksaan bibir, pemisahan langit – langit,
distorsi hidung, serta regu gitasi nasal ketika menyusui (air susu keluar dari
lubang hidung)
Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas
maka penulis mengemukakan saran sebagai berikut:
-
Bayi yang
menderita labioskizis dan labiopalatoskizis sebaiknya dalam pemberian ASI ibu
sedikit menekan payudara supaya putting susu ibu masuk ke dalam mulut bayi.
-
Operasi
sebaiknya dilakukan pada umur 3 bulan sedangkan palatoskizis biasanya ditutup
pada umur 9 – 12 bulan menjelang anak belajar bicara.
DAFTAR PUSTAKA
-
Sudarti, Endang Khoirunnisa, 2010; Buku Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi dan Anak Balita, Nuha Medika; yogyakarta.
-
Muslihatan Wafi
Nur, 2011; Buku Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Fitramaya; yongyakarta.
-
Lia Dewi Vivian
Vanny, 2010; Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita; Salemba Medika, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar